23 Desember 2008

OSTEOPOROSIS

OLEH : ERFANDI



A. PENGERTIAN
 Osteoporosis adalah kelainan dimana terdapat reduksi atau penurunan dari massa total tulang. Kecepatan resorpsi tulang lebih cepat dari kecepatan pembentukan tulang. Tulang menjadi keropos secara progresif, rapuh, mudah patah dan mudah fraktur.

 Osteoporosis adalah : suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang.

 Osteoporosis adalah : penyakit yang ditandai oleh berkurangnya massa tulang dan gangguan mikro asitektur jaringan tulang menjurus ke meningkatnya fragilitas tulang dan berakibat meningkatkan resiko fraktur.

B. TANDA DAN GEJALA
Osteoporosis datang bagaikan rayap di pintu ataupun tiang penyangga rumah. Tak terduga. Baru jika tulang sudah keropos, patah tulang dadakan langsung menjadi gejala yang dikeluhkan. Penderita acap kali tidak tahu bahwa mereka menderita osteoporosis sampai ketika tulang mereka sedemikian lemah, regangan tubuh yang mendadak, persinggungan ataupun jatuh menyebabkan patah tulang. Oleh karena itu penyakit ini (osteoporosis) sering disebut sebagai “penyakit diam-diam” (silent disease). Khusus daerah tulang belakang akan ditandai patahan-patahan kecil yang menyebabkan tulang belakang menurun secara vertikal. Tinggi badan akan menyusut dan bentuk setiap ruas berubah dari bentuk bujur sangkar menjadi segitiga. Jika tulang belakang yang keropos menekan syaraf tulang belakang, maka penderita akan mengeluh nyeri pinggang yang merambat ke bagiab kaki, dan bila dibiarkan dapat terjadi kelumpuhan gerak anggota kaki bawah.

C. LOKASI SERTA PROSES TERJADINYA FRAKTUR KARENA OSTEOPOROSIS
Semua tulang sebetulnya rentan akan kelainan ini, namun lokasi patah tulang yang seringkali terjadi adalah di daerah bongkol tulang paha atas, tulang belakang dan di daerah tulang lengan bawah. Kondisi ini erta kaitannya dengan beban yang dipikul oleh tulang tersebut. Secara empiris terbukti, timbulnya patah tulang acapkali diawali sikap tubuh yang “salah”. Sikap yang menyimpang saat berdiri, berjalan, ataupun mengangkat barang akan memberi tekanan yang berlebihan pada struktur tulang yang telah keropos. Setelah kurun waktu tertentu, ketika tekanan-tekanan tersebut tidak dapat ditanggung lagi oleh tulang terjadilah patah tulang

D. KLASIFIKASI DAN SEBAB
Menurut Sankaran, 2000 Osteoporosis dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Osteoporosis pimer dan osteoporosis sekunder
2. Osteoporosis generalis dan osteoporosis lokalis

 Osteoporosis Primer/Idiopatik
a. Tipe I
- Terkait dengan pasca menopause pada wanita
- Mengakibatkan kehilangan tulang trabekuler dan beberapa tulang kortikal, fraktur vertebrae dan fraktur radius distal
b. Tipe II (senile)
- Bone loss terkait dengan usia, defisiensi kalsium dan atau hiperparatyroid
- Terutama fraktur femur proksimal (terutama leher femur dan intertrochanter), tulang humerus proximal, proksimal tibia dan pelvis

 Osteoporosis Sekunder
a. Hormonal (hipogonadisme, hiperadrenokortisme, tirotoksikosis, hiperprolaktenemia, diabetes melitus, hipofosfatemia dewasa)
b. Nutrisional (gastektomi total, sindrom malabsorbsi, malnutrisi, defisiensi kalsium, alkoholisme, penyakit hati kronik, defisiensi vitamin D)
c. Kelainan metaolisme yang diturunkan
d. Lain-lain (porphyria, talasemia, rematoid artritis generalisata, anoreksia nervosa, mieloma, kehamilan)

E. PATOFISIOLOGI
1. Defisiensi Steroid Sex
- Mekanisme kerja steroid sex pada tulang sampai saat ini masih belum diketahui dengan lengkap
- Berdasarkan penelitian para ahli, hilangnya steroid sex akan mengakibatkan up-regulation produksi dan action sitokin yang bertanggung jawab terhadap osteoklastogenesis dan osteblastogenesis
2. Senescence
- Berkurangnya osteblastogenesis pada usia lanjut diikuti dengan meningkatnya adiposis dan mielogenesis, serta menurunnya osteoklastogenesis. Penurunan osteoklastogenesis disebabkan oleh berkurangnya sel-sel ostoblast/stroma yang mendukung pembentukan osteoklast. Hl tersebut menimbulkan dugaan adanya perubahan ekspresi gen-gen yang mendukung diferensiasi stem sel mesenkhim yang multipoten menjadi adiposis yang merugikan osteoblast
3. Ekses Glukokortikoid
Kelebihan glokukotikoid mempunyai efek supresi osteblastogenesis dalam sumsum tulang serta meningkatkan apoptosis osteoblast dan osteosit. Gambaran histologis utama glukokortikoid induced osteoporosis (GIOP) adalah berkurangnya ketebalan tulang dan kematian in situ bagian-bagian tulang.
Mekanisme yang mendasari hilangnya tulang (bone loss) pada ekses glukokortokoid adalah :
- Kenaikan resorbsi tulang
- Perununan proliferasi aktivitas biosintetik osteoblast
- Defisiensi steroid seks
- Hiperparatyroidisme sebagai akibat penurunan absorbsi Ca intestinum
- Hiperkalsium akibat gangguan metabolisme vitamin D

F. GOLONGAN FAKTOR RESIKO
Beberapa golongan orang yang beresiko terhadap osteoporosis diantaranya, adalah :
1. Penderita Hiperparatiroid
Hormon paratiroid yang terletak di leher depan kita berdekatan dengan kelenjar tiroid dapat mengalami keganasan atau tumor . Pada situasi ini, jumlah hormon yang beredar dalam tubuh akan meningkat. Hormon ini sangat erat hubungannya dengan sel osteoclast dalam tulang . Akibatnya bisa diduga sel-sel osteoclast akan mengalami peningkatan aktivitas. Akan lebih banyak senyawa kalsium yang diambil dari tulang sehingga menimbulkan peningkatan kadar kalsium dalam darah darah. Kondisi ini menyebabkan penderita mengalami penurunan nafsu makan, kemunduran dalam kekuatan otot, nyeri perut dan pengeroposan tulang bila terjadi secara berlanjut

2. Penderita Hipertiroid
Kadar hormon tiroksi yang dihasilkan kelenjar gondok pada kondisi ini berlebihan. Akibatnya, pertukaran zat dalam tubuh meningkat jauh diatas normal. Pengatur metabolisme tubuh menjadi terlalu aktif, termasuk dalam metabolisme kalsium. Terjadi pembuangan kalsium besar-besaran melalui air seni maupun tinja. Untuk mengimbanginya, terjadilah proses demineralisasi tulang yang lebih aktif

3. Penderita Anoreksia Nervosa
Penderita anoreksia nervosa akan melakukan pembatasan konsumsi makanan secara tidak wajar. Mereka akan berupaya matimatian untuk menjaga berat badan dan bentuk tubuhnya, serta mengendalikan kebiasaan makan dengan ketat. Seringkali mereka melakukan olah raga berlebihan dalam upayanya mencapai bobot badan ideal menurut imajinasinya. Penderita anoreksia ini mempunyai citra diri yang begitu menyimpang. Meskipun sudah kurus kering, mereka tetap menganggap diri mereka gemuk setiap kali bercermin dan secara psikologis mereka sangat peka terhadap kritik yang berkaitan dengan masalah bobot badan. Penderita anoreksia adalah individu-individu yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap aspek gizi. Sayang sekali terjadi distorsi pengetahuan gizi sehingga mereka tidak mampu mempraktikkan konsep-konsep informasi gizi yang diterimanya. Banyak diantara mereka adalah kaum perfeksionis (yang inigin segalanya tampak sempurna) dan pekerja keras. Kebiasaan makan yang menyimpang bisa jadi merupakan upaya mereka untuk mencari perhatian. Banyak ekses negatif yang timbul akibat kelainan pola makan ini, diantaranya terjadi penyusutan gusi yang menyebabkan gigi tanggal, dehidrasi, suhu badan rendah, penyusutan otot dan kerapuhan tulang dan erat kaitannya dengan rendahnya produksi hormon estrogen dan testosteron.

4. Perokok
Belum diketahui pasti bagaimana rokok dapat menimbulkan osteoporosis. Ada dugaan, zat-zat dalam rokok mencetuskan pemecahan hormon estrogen dan testosteron secara berlebihan. Akibatnya jumlah hormon estrogen atau testosteron dalam tubuh menurun sehingga pemeliharaan tulang jelas ajan terpengaruh

5. Peminum Kopi berlebihan
Para peneliti Belanda mengungkapkan bahwa konsumsi kopi yang berlebihan dapat meningkatkan kadar “Homosistein”. Homosistein adalah produk olahan protein. Kenaikan Homosistein mengakibatkan kenaikan kadar kolesterol, penuruan kadar vitamin B6 dan penurunan kepadatan tulang. Memang proses penurunan kepadatan tulang ini belum diketahui secara pasti. Beberapa ilmuwan menduga peningkatan pembuangan kalsium dalam air kencing yang menjadi penyebabnya.

6. Peminum alkohol berlebihan
Alkohol dapat mengakibatkan kerusakan banyak organ tubuh. Diantaranya ancaman terhadap kerapuhan tulang. Kondisi ini dapat terjadi lantaran adanya kegagalan yang sistematis sifatnya dalam pemeliharaan kadar mineral kalsium yang merupakan unsur penting dalam kepadatan tulang. Kegagalan pankreas dan hati karena alkohol mengakibatkan menurunnya produksi enzim pengolah lemak. Dengan jumlah enzim yang menurun, lemak yang dikonsumsi tidak mampu diserap dari usus secara maksimal. Lemak kita ketahui kaya akan kandungan beberapa senyawa yang penting bagi tulang seperti mineral kalsium dan fosfor serta vitamin D. Kondisi kekurangan senyawa –senyawa diatas, tubuh melakukan kompensasi melalui pembongkaran kalsium yang ada dalam tulang sehingga tulang menjadi keropos.

G. DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosa osteoporosis dilakukan :
- X- ray
- Serum calsium phospor
- Test alkalinephospatase
- Biopsi transiliare tulang
- Menghitung tomography dan CT- Scan
- Scan tulang menggunakan radionuclide

H. TERAPI/TINDAKAN
Tujuan terapi :
- Mencegah terjadinya penyerapan massa tulang dan memicu percepatan pembentukan massa tulang
- Konsekuensi terjadinya patah tulang dengan melakukan tindakan pencegahan.
Pengobatan dapat dibagi dalam :
a. Terapi Pencegahan
Secara garis besar pencegahan osteoporosis dapat didibagi dalam beberapa katagori, yaitu :
 Pola tidur teratur termasuk diantaranya adalah :
- Olah raga atau aktivitas fisik
- Kebiasaan tidak merokok
- Hindari konsumsi kopi
- Hindari konsumsi alkohol
 Menjalaini diet yang baik
Contoh untuk kebutuhan Calsium adalah :
- Usia 11-24 tahun = 1200 mg
- Usia 25-menopouse = 1000 mg
- Saat menopouse = 1200 mg
- Pasca menopouse = 1500 mg
 Pemberian terapi dini pada :
- Wanita menopouse
- Penyakit-penyakit yang menyebabkan osteoporosis sekunder :
 Diabetes melitus
 Hipogonandism
 Chusing sindrom
 Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
b. Terapi kuratif (Kuratif treatment)
Beberapa macam obat-obatan yang diberikan pada penderita osteoporosis :
- Estrogen dan derivatnya
- Biphosfotase
- Kalsium
- Vitamin D
- Kalsifonin
- Natrium fluorida
- Steroid anabolik
- Thiazide