A. FAKTOR INTRINSIK
1. Psikologis
Rangsangan psikologis dapat mencetuskan suatu serangan asma, karena dapat mengaktivasi sistem parasimpatis. Sistem parasimpatis diaktifkan oleh emosi, rasa cemas, dan rasa takut. Karena rangsangan parasimpatis bisa mengaktifkan otot polos bronkiolus, maka apapun yang meningkatkan aktivitas parasimpatis dapat mencetuskan asma. Dengan demikian individu yang rentan mengalami asma mungkin mendapat serangan akibat gangguan emosinya.
Tekanan jiwa selain dapat mencetuskan asma, juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Di samping gejala asma yang timbul harus diobati, penderita asma yang mengalami tekanan jiwa juga perlu mendapat nasihat untuk menyelesaikan masalah pribadinya.
2. Kegiatan Jasmani
Asma yang timbul karena bergerak badan terjadi bila seseorang mengalami gejala-gejala asma selama atau setelah berolahraga atau melakukan gerak badan. Pada saat penderita dalam keadaan istirahat, ia bernafas melalui hidung. Sewaktu udara bergerak melalui hidung, udara itu dipanaskan dan menjadi lembab. Saat melakukan gerak badan, pernafasan terjadi melalui mulut, nafasnya semakin cepat dan volume udara yang dihirup bertambah banyak. Hal ini dapat menyebabkan otot yang peka di sekitar saluran pernafasan mengencang sehingga saluran udara menjadi lebih sempit, yang menyebabkan bernafas menjadi lebih sulit sehingga terjadilah gejala-gejala asma (www.asthma.org.au).
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan asma jika melakukan olah raga yang cukup berat. Penyelidikan menunjukkan bahwa macam, lama, dan beratnya olah raga menentukan timbulnya asma. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma, kemudian bersepeda, sedangkan renang dan jalan kaki yang paling kecil resikonya (Sundaru, 2002). Elizabeth Corwin (2001:431) menambahkan bahwa olah raga juga dapat berlaku sebagai suatu iritan karena terjadi aliran udara keluar masuk paru dalam jumlah besar dan cepat. Udara ini belum mendapatkan pelembaban (humidifikasi), penghangatan, atau pembersihan dari partikel-partikel debu secara adekuat sehingga dapat mencetuskan serangan asma.
B. FAKTOR EKSTRINSIK
1. Alergen
Alergen merupakan faktor pencetus asma yang sering dijumpai pada penderita asma. Debu rumah, tungau debu rumah, spora jamur, serpih kulit kucing, anjing dan sebagainya dapat menimbulkan serangan asma pada penderita yang peka. Alergen-alergen tersebut biasanya berupa alergen hirupan, meskipun kadang-kadang makanan dan minuman dapat menimbulkan serangan.
Pada respons alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen kemudian menyerang sel-sel mast. Degranulasi sel tersebut menyebabkan pelepasan produk sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan lain-lain. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus dan kelenjar jalan nafas menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mukus yang banyak.
2. Infeksi Saluran Nafas
Infeksi saluran nafas juga merupakan salah satu pencetus yang paling sering menimbulkan serangan asma. Diperkirakan dua pertiga penderita asma anak dan satu pertiga penderita asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran nafas. Berbagai macam virus, seperti virus influensa sangat sering dijumpai pada orang yang sedang mengalami serangan asma. Kemungkinan mendapatkan serangan asma makin besar bila infeksi tadi cukup berat. Jika pada orang normal infeksi saluran nafas hanya menyebabkan batuk, pilek dan demam, pada penderita asma gejala tadi diikuti dengan serangan asma. Celakanya baik batuk maupun asma yang dicetuskan oleh virus saluran nafas lebih lama sembuhnya dibandingkan jika dicetuskan oleh bukan infeksi virus.
3. Polusi Udara
Pemaparan terhadap berbagai bahan dalam lingkungan kerja dapat menimbulkan asma pada mereka yang tidak pernah menderita asma atau memperberat asma yang sudah ada. Sekarang telah diketahui bahwa asap, uap dan debu yang ditimbulkan oleh banyak bahan industri dapat menyebabkan asma. Dengan demikian prevalensi asma lebih besar di kota-kota yang banyak tempat industri dari pada di kota-kota yang sedikit tempat industrinya.
Polusi udara di dalam rumahpun sering terjadi. Asap rokok, semprotan obat nyamuk, semprotan rambut dapat mencetuskan serangan asma. Penderita yang tidak merokok bisa mendapat serangan asma karena berada dalam ruangan yang penuh asap rokok. Penderita anak-anak lebih sering mendapat serangan asma bila di rumahnya ada yang merokok. Bagi penderita asma yang merokok, segera hentikan kebiasaan tersebut agar kelainan saluran nafasnya tidak semakin parah. Elizabeth J. Corwin (2001) menjelaskan lebih rinci bahwa terpajan asap rokok selama dalam rahim atau masa anak-anak dini dianggap suatu faktor resiko untuk menderita asma pada anak.
4. Obat-obatan
Obat-obatan yang sering mencetuskan serangan asma adalah golongan reseptor beta, atau yang lebih populer disebut beta-blocker. Golongan obat tersebut sering dipakai untuk pengobatan penyakit jantung koroner dan darah tinggi. Pada penderita asma berat, bahkan obat tetes mata yang mengandung beta-blocker dalam dosis yang kecil pernah dilaporkan menimbulkan serangan asma. Aspirin dan obat-obatan antirematik dapat mencetuskan serangan asma pada 2 sampai 10% penderita asma. Serangan asma biasanya berat, kadang disertai gejala alergi lain seperti mata dan bibir bengkak, gatal-gatal kulit, meskipun mekanismenya bukan reaksi alergi.
5. Faktor Lingkungan
Cuaca lembab serta hawa gunung sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak menjadi dingin sering merupakan faktor provokatif untuk serangan. Kadang-kadang asma berhubungan dengan suatu musim. Lingkungan lembab, apalagi disertai banyaknya tungau debu rumah, atau berkembangnya virus penyebab infeksi saluran nafas, merupakan pencetus serangan asma yang perlu diwaspadai. Selain itu, perubahan meteorologi mempunyai pengaruh terhadap agen lingkungan lain. Hujan, arah dan kekuatan angin, sinar matahari dan suhu akam mempengaruhi kadar tepung sari rerumputan dalam udara.
18 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Salam perkenalan dari puskesmas seteluk
Posting Komentar